Perajin tahu di sentra industri Desa Kalisari, Kabupaten Banyumas, terancam berhenti operasi akibat kesulitan memperoleh solar bersubsidi.
“Dalam satu pekan terakhir, kami ditolak membeli solar bersubsidi di SPBU, padahal kami telah mendapat rekomendasi dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi,” kata salah seorang pengrajin tahu, Heri (45), di Desa Kalisari, Banyumas, Kamis (4/4/2013).

Menurut dia, surat rekomendasi dari Dinperindagkop menjelaskan bahwa mereka merupakan pengrajin tahu yang berhak membeli solar bersubsidi di SPBU.
“Biasanya, kami mudah membeli solar bersubsidi di SPBU, namun sekarang ditolak. Kami bingung mau cari ke mana lagi,” kata dia menegaskan.
Setiap pengrajin tahu, kata dia, rata-rata membutuhkan solar sebanyak 5 liter untuk menggiling 1 kuintal kedelai.
Dia mengaku selalu membeli solar bersubsidi sebesar Rp100 ribu di SPBU untuk kebutuhan selama beberapa hari.
“Kebetulan saya masih punya cadangan solar, namun hanya cukup untuk satu hari saja. Kalau kami masih tetap tidak bisa membeli solar di SPBU, kemungkinan besar tidak bisa memroduksi tahu untuk sementara waktu,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Sales Representative BBM Retail Region 5 Pertamina Pemasaran Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Angga Yudi mengatakan, pengrajin tahu sebenarnya masih bisa membeli solar bersubsidi di SPBU selama memiliki rekomendasi dari Dinperindagkop setempat.
Dia menduga, penolakan yang dilakukan oleh petugas SPBU terhadap pengrajin tahu disebabkan adanya kekhawatiran terkena razia. Dengan demikian, kata dia, petugas SPBU tidak berani melayani pengrajin tahu yang hendak membeli solar bersubsidi.
“Nanti kami akan berkoordinasi dengan SPBU di sekitar sentra industri tahu karena peningkatan kebutuhan solar adalah kendaraan, bukan dari industri kecil seperti tahu,” katanya.

sumber : http://www.bisnis-jateng.com/index.php/2013/04/solar-langka-perajin-tahu-di-banyumas-terancam-gulung-tikar/