Masyarakat Indonesia tentu sudah akrab dengan makanan sate. Makanan ini sangat mudah kita temui di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai jenisnya. Di balik bisnis kuliner sate, terdapat peluang usaha menarik, yaitu dari pembuatan tusuk satenya sendiri.
Terbuat dari bambu, bisnis pembuatan tusuk sate ternyata lumayan menjanjikan. Salah satu pemainnya adalah Andi Febrianto di Malang, Jawa Timur. Menggeluti usaha pembuatan tusuk sate sejak lima tahun silam, Andi sanggup memproduksi 1,5 ton tusuk sate per minggunya. Tusuk sate buatannya memiliki panjang 20 sentimeter (cm) sampai 22 cm.
Ketebalan diameternya dibedakan antara tusuk sate kambing dan tusuk sate ayam. Tusuk sate kambing memiliki diameter 3 milimeter (mm), sedangkan ayam 2,5 mm. "Tusuk sate ayam lebih tipis karena rata-rata isi satenya lebih banyak,” ujar Andi.
Harga kedua tusuk sate itu juga berbeda. Untuk tusuk sate ayam dihargai mulai Rp 12.000 per kilogram (kg), sedangkan tusuk sate kambing Rp 11.000 per kg.
Andi mengaku mayoritas pembelinya dari luar daerah, seperti Jakarta, Sulawesi, dan Ternate. Ongkos kirim tusuk sate ke kota tujuan ditanggung pembeli sesuai tarif yang dipungut pihak jasa ekspedisi.
Andi mencontohkan, untuk pengiriman dari Malang ke Jakarta dikenakan biaya pengiriman Rp 800 per kg tusuk sate. Pria 32 tahun ini bilang, omzet yang dihasilkan dalam sebulan mencapai Rp 44 juta hingga Rp 50 juta. Adapun laba bersihnya 15 persen-20 persen.
Menurut Andi, omzetnya itu masih tergolong kecil. “Kalau sudah pemain besar, kapasitas produksinya bisa mencapai 4 ton lebih,” ujar bapak satu anak ini.
Andi mengaku tidak memiliki kendala dalam menjalankan usaha ini. Pasokan bambu, misalnya, tersedia banyak di Kota Malang. Ia bilang, bambu seberat 1,5 ton bisa menghasilkan tusuk sate sebanyak 1 ton. Kadang limbah sisanya ia produksi lagi menjadi tusuk sate sepanjang 15 cm.
Biasanya tusuk sate 15 cm ini dijual ke pedagang jajanan sekolah dasar (SD). “Sebenarnya bisa saya produksi jadi tusuk gigi, tapi saya tidak punya mesin cetak tusuk giginya,” ujar Andi.
Pemain lain adalah Syaiful Ulum di Sidoarjo, Jawa Timur. Ia memproduksi tusuk sate sejak tahun 2010. Tusuk sate buatannya dihargai mulai Rp 10.000 hingga Rp 14.000 per kg. "Harga tergantung dari kualitas kehalusan bahan baku bambu," ujarnya. Panjang tusuk satenya 15 cm dengan diameter 2,5 mm.
Dengan dibantu dua karyawan, ia sanggup memproduksi 5 kuintal hingga 1 ton tusuk sate per minggu. Adapun omzet usahanya sekitar Rp 20 juta hingga Rp 56 juta per bulan, dengan laba bersih 7 persen dari omzet.
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/28/14222369/Meraup.Puluhan.Juta.dari.Tusuk.Sate.
0 Comments